Skip to main content

Dukungan

Banyak hal yang aku lewati beberapa minggu belakangan yang aku tahu terlewati dengan mudah karena dukungan orang-orang di sekitarku. Aku tak pernah menangis tersedu-sedu sendirian atau menyimpan cerita bahagia rapat-rapat sebab mereka selalu siap mendengar segala cerita dalam berbagai versi dan situasi. Menggenggam tanganku ketika aku merasa langkahku gentar. Mereka yang tidak pernah kuminta untuk tetap di sampingku, tapi selalu di sampingku dengan segenap kebaikan yang mereka bawa. 

Saat terpuruk, kita memang tahu seberapa kuat sebuah dukungan itu. Memang mereka tak selalu membenarkanku karena mereka tipe yang gamblang menyampaikan kesalahan. Tapi, bukankah hubungan yang jujur dan tulus selalu demikian? 

Saat kekhawatiran menyelimuti begitu erat, dukungan menjadikannya tak berarti apa-apa. Segala hujan, segala badai, dukungan yang menjadi payungnya. 

Cukup 4 hari di tempat ini, aku melihat, dukungan atas nama cinta selalu kuat. Kulihat kakek tua mendorong kursi roda istrinya. Berdua saja berjuang untuk kesembuhan sang istri. Tangan kirinya membawa tas istrinya. MasyaaAllah. Tak ada yang paling romantis selain melihat pemandangan seperti itu bagi dua pasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Berharap kisah cinta kita juga seindah itu di hari tua. Dukungan itu menyembuhkan yaa. 

Selalu ada yang siap memberi dukungan adalah sebuah kenikmatan tiada tara. Dukungan yang tak berupa janji-janji tapi berupa cinta-cinta. Pada apapun keadaan, dukungan selalu ada. Diberikanpun dengan sepenuh cinta. Sungguh di tempat ini, aku tahu seberapa hebatnya sebuah dukungan. Dukungan yang menjadi semangat untuk bangkit dan sembuh. Dukungan yang mendorong kita untuk selalu siap membahagikan mereka yang tersayang. 💜

Comments

Popular posts from this blog

Mini Project : Dari Pesisir Untuk Peradaban

Ada satu family project keluarga #PeisirPeradaban yang diinisiasi bersama suami dan hampir kami lakukan berdua setiap pekannya. Kami yang lahir dan besar di dua poros maritim berbeda di sudut Nusantara, ingin sekali mempersembahkan sesuatu untuk dunia kemaritiman. Meski sederhana dan receh.  Seiring berjalannya waktu, kami ingin gerakan sederhana ini turut diikuti banyak keluarga hingga menggerakkan sebanyak mungkin manusia Indonesia. Sebab kami tahu, untuk misi menyelesaikan ini semua kami membutuhkan banyak tangan yang peduli dan siap tergerakkan. Project ini adalah sebuah aksi dalam menjaga laut dimulai dari kota kami, kota Bitung, pesisir maritim Sulawesi Utara. Menurut mantan Menteri Kementerian dan Kelautan, Ibu Susi Pujiastuti ada 3,2 juta ton sampah plastik dalam setahun di laut Indonesia. Kalau tidak diselesaikan, maka 2030 akan lebih banyak plastik daripada ikan.  Judul : Dari Pesisir Untuk Peradaban Deskripsi Project : Sebagai wila...

Sesuatu Tentang February First

Alhamdulillah, sekian tahun masih berjumpa dengan February First. Hari dimana, syukur selalu membuncah dan tanya mengangkasa ke langit. Mencoba mencari makna di balik kerahasiaan ketetapanNya. Aku bersyukur atas kesempatan islah yang Allah berikan, sekaligus mencari jawaban tentang, 'Apakah ada keberkahan atas berkurangnya usia?', 'Apakah ada kebaikan atasnya?', 'Apakah aku menua dalam kemuliaan?', 'Apakah aku layak untuk segala kesempatan?' February First adalah refleksiku, tempatku bercermin menengok lagi ke dalam diri. Aku tak merayakannya, sebab tak ingin aku menyerupai suatu kaum, golongan yang berpesta pora atas berkurangnya usia. Duh, seandainya Allah memberi tahu batas usia kita, apakah masih bisa kita tertawa-tawa merayakannya? Aku jamin tidak, karena akan disibukkan kita dengan beramal tanpa henti. Maka itulah, dijadikan olehNya ghoib, agar yang memberi usaha terbaik adalah yang terbaik. Makin bertambah hari, makin berkurang usia. Semoga tidak ...

Hari Guru dalam Kisahku

Facebook mengingatkan momen ini,  five years ago  (terima kasih Mr. Mark untuk fitur nostalgia yang satu ini). Aku ingat, menghabiskan  in total  delapan tahun waktu mengajar. Awalnya, mengajar anak-anak Madrasah Ibtidaiyah sejak aku semester tiga hingga lulus kuliah. Sampai aku menjadi kesayangan dosen teaching karenanya. Di semester lima, ketika teman-teman sekelas grogi bukan main saat praktik PPL 1 yang mengharuskan kita mengajar di depan kelas, aku malah mengajar dengan rileksnya seolah mengajar murid-murid MI-ku. Lulus kuliah, aku mengajar di dua sekolah berbeda. Di MA, selama dua tahun dan di SMK lima tahun lamanya. Tepat Juni 2018, aku gantung seragam atas permintaan suamiku. Sebelum pandemi, aku masih memberi les untuk anak-anak di rumah,  for free . Orang tua memberi infaq seadanya untuk keperluan membeli buku bacaan anak-anak dalam dua bahasa. Aku happy, karena mengetahui dengan jelas, itu semua adalah passion- ku. Bahkan, yang paling kuingat, wa...