Skip to main content

H+2 Pasca Odontektomi



Ahad, 16 Februari 2020 tepat dua hari setelah tindakan odontektomi yang aku lakukan, aku menghadiri pernikahan sahabatku. Sebenarnya kantuk masih mengepungku karena pengaruh obat kemarin sehingga sempat membuatku urung untuk hadir. Tapi aku memutuskan untuk tetap hadir. Pasalnya, jauh sebelum hari ini tiba, ia sudah menceritakan tentang rencana pernikahannya. Karena faktor kedekatan itulah aku datang di acaranya hari ini untuk memberikan restu dan do'a. Tidak sanggup aku membayangkan bagaimana ia akan mencerewetiku apabila aku tidak hadir hari ini. Hehehe. 

Iyaa. Pengantin pria itu adalah sahabatku. Kita saling kenal di dunia kampus yang kemudian mendekatkanku dengan keluarganya. Sebenarnya, bukan dia yang pertama kali kukenal dalam persahabatan ini. Aku jauh lebih akrab dengan almarhum kakaknya yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Tahun 2016, si kakak dipanggil Allah atas penyakit langka yang ia miliki. Itu benar-benar memukulku telak. Aku ingat menjelang pernikahan, aku masih sering menghubungi beliau. Merepotkan beliau dengan permintaan edit siluet untuk souvenir pernikahanku. Beliau juga hadir di pernikahanku walau dalam keadaan tidak sehat. Ketika beliau meninggal, aku sungguh kaget dan tak berdaya. Berita kematiannya terdengar ketika aku masih memimpin apel pagi murid-murid di sekolah. Aku hampir pingsan rasanya. Ketika kumenelepon adiknya, hanya suara tangis yang kudengar dari seberang. Aku tidak pernah akan lupa kejadian itu sepertinya. Semoga Allah mengampuninya. Ia adalah orang baik yang kusayangi seperti kakak laki-laki sendiri. 

Di walimatul 'usry tadi, aku membayangkan bagaimana reaksinya ketika melihat adik lelaki satu-satunya yang ia miliki menikah. Aku ingat mereka selalu terlihat tak akur walau sebenarnya saling sayang. Seandainya dia masih ada di sini, mungkin ia akan terus menggoda si adik sembari membawa kameranya membidik apapun yang ia bisa. Ah, membayangkannya saja sudah membahagikan walau tidak baik hidup dalam berandai-andai. 

Dear Yanong, barokallahu laka wa barokah alayka wa jama'a baina kumma fii khoir. So happy to see you today. Hari yang sejak la aku nantikan. Aku bahagia untukmu. Jadilah kamu suami yang lebih baik dari kakakmu. Jadi anak lelaki yang baik untuk Ibumu. Ini adalah awal. Maka selalulah mempersembahkan yang terbaik. Ingat, banyak wajah yang ingin kau lihat tersenyum melihatmu. Di dunia ini dan yang sudah pergi jauh menuju Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

Mini Project : Dari Pesisir Untuk Peradaban

Ada satu family project keluarga #PeisirPeradaban yang diinisiasi bersama suami dan hampir kami lakukan berdua setiap pekannya. Kami yang lahir dan besar di dua poros maritim berbeda di sudut Nusantara, ingin sekali mempersembahkan sesuatu untuk dunia kemaritiman. Meski sederhana dan receh.  Seiring berjalannya waktu, kami ingin gerakan sederhana ini turut diikuti banyak keluarga hingga menggerakkan sebanyak mungkin manusia Indonesia. Sebab kami tahu, untuk misi menyelesaikan ini semua kami membutuhkan banyak tangan yang peduli dan siap tergerakkan. Project ini adalah sebuah aksi dalam menjaga laut dimulai dari kota kami, kota Bitung, pesisir maritim Sulawesi Utara. Menurut mantan Menteri Kementerian dan Kelautan, Ibu Susi Pujiastuti ada 3,2 juta ton sampah plastik dalam setahun di laut Indonesia. Kalau tidak diselesaikan, maka 2030 akan lebih banyak plastik daripada ikan.  Judul : Dari Pesisir Untuk Peradaban Deskripsi Project : Sebagai wila...

Sepasang Bidadari

Well , aku bohong jika mengaku tak rindu. Sejujurnya, aku rindu. Amat rindu. Tapi, aku lebih paham dari siapapun bahwa rinduku bisa saja membebani pikiran mereka, jadi aku selalu nampak fine dan terdengar rindu namun tak teramat-amat. Yang paling membuat rindu ketika mendengar salah satu dari keduanya sakit. Duh, jarak membuat rindu. Tak semudah itu disebrangi. Olehnya, aku berdoa dan berharap semoga sepasang bidadariku sehat selalu, dijaga Allah senantiasa.  Dari chat sederhana di February First kemarin, membuat haru hariku. Aku, anak perempuan, anak kedua yang banyak kurangnya pada sepasang bidadariku itu. Tapi, cinta dan kasih sayang mereka tak kenal akhir. Panjang umurlah, pujaan hatiku. Semoga selalu ada kesempatan mencintai dan berbakti. Alhamdulillah , aku diapit sepasang bidadari yang pintar mengekspresikan perasaan, jika cinta diungkapkan, jika rindu dibahasakan, jika kesal diutarakan. Tak ada sungkan, tak ada malu, tak ada gengsi. I love you, maaf dan terima...

Mendayung di Lautan Impian bersama IP

Many things happened for the last three months. Semua urusan pindah pulau sungguh menyedot pikiran, tenaga dan perhatian hingga membuatku ketinggalan perahu. Salah satu dari sekian penumpang yang ingin naik tapi malah tersesat. Alhamdulillah diberikan kesempatan mengejar ketinggalan. Bagiku, perkuliahan berjenjang IP, dari matrikulasi hingga Bunda Cekatan yang sebentar lagi insyaaAllah akan kuikuti memberi dampak besar bagi kehidupanku. Dalam prosesnya yang membahagiakan, aku menemukan diriku, tujuan hidupku, mengubahku menjadi aku yang visioner hari ini. Bersama perkuliahan IP, aku tumbuh, belajar, berkembang dan berkarya. IP mengubahku. Maka, aku amat sedih dan menyesal beberapa hari lalu mengetahui fakta aku tidak bisa bergabung di kelas BunCek batch ini karena kelalaian pribadiku. Menjadi versi terbaik diri dan bermanfaat bagi orang lain adalah strong why-ku, memberi yang terbaik selama manjadi bagian dari IIP.  Apakah ini baik, benar dan bermanfaat? Jika ti...