Skip to main content

NHW#3 Wheel Structure

ArribathHanifah_Sulut_Komunitas

Sungguh menjadi bagian dari roda kepengurusan ini, amat sangat mendebarkan. Menanti kejutan demi kejutan yang datang silih berganti. Berdamai dengan segala kesibukan sebab sungkan hati ini menyebutkannya karena bisa dipastikan, orang yang jauh lebih sibuk dari kita ada banyak di kepengurusan tapi tak menjadikannya alasan untuk acuh tak acuh dalam mengemban amanah. Lebih dari itu, bersyukur sekali bisa merasakan debaran belajar yang belum tentu bisa ditawarkan oleh komunitas yang lain yang serupa. Aku sampai sekarang, jika ada yang bertanya, 'bagaimana sih IP menurut kamu?' Aku tergagap lebih dulu sanking terpukaunya hingga sulit menemukan kata lain yang sepadan dengan keren. 

Aku tahu, di awal perombakannya, New Chapter itu amatlah membingungkan. Tapi jika dipahami alurnya dan kita bisa menemukan strong why-nya, maka ini akan menjadi tantangan yang menarik. Terobosan keren kalau aku menyebutnya. Setiap orang hanya akan memilih hal yang paling membahagiakannya dalam meningkatkan kualitas dirinya. Yang ingin menumbuhkan dan merawat empatinya bisa bergabung di SC, yang ingin mengembangkan passion-nya bisa bergabung di Komunitas, yang ingin menambah bekal ilmu mendidik anak dan membersamai keluarga bisa bergabung di institut. Semua diarahkan menuju ke potensi bahagianya masing-masing. 

Tapi tetap ada kabar buruknya. Kapal New Chapter yang megah ini berlayar dengan meninggalkan tak sedikit penumpangnya. Jangan terlalu meratapi penumpang yang ketinggalan itu tapi lihatlah penumpang lain yang siap memberikan kita penguatan untuk berlabuh di samudera impian yang sama. Yaitu, menjadi perempuan hebat untuk diri sendiri, keluarga tercinta dan masyarakat sekitar. Ini juga mengamini perkataan bu Septi bahwa semakin tinggi pohon, akan semakin banyak daun dan ranting berguguran. Demikian proses ini akan terus berlanjut. Kabar baiknya, akan menyisakan daun dan ranting paling kuat tak peduli seberapa kuat badai mencoba menghempaskannya. Kabar baiknya, kita hanya akan berjalan beriringan dengan mereka yang berkomitmen menjadi bagian dari mimpi dan cita Ibu Profesional.

Sebagai pengurus, ini juga adalah tantangan yang tidak bisa dibilang mudah. Tapi bukankah kita amat beruntung kareena diajari langsung oleh Timnas. Ke depan amanah kita lebih berat karena bisa jadi, kita yang akan membimbing pemegang estafet pengurus selanjutnya di regional. Apalagi dengan dengan dibukanya banyak ruang belajar di waktu yang bersamaan. Seperti aku yang sedang menempuh perkuliahan bunsay, orientasi komunitas, beberapa tugas di wag koordinator komunitas, hingga diklat pengurus. Positifnya, aku menjadi lebih bisa memanage waktu. Mencoba tetap hadir di setiap ruang belajar, tanpa perlu mengorbakan apapun dengan alasan super klise : sibuk. 

Alasan terbesar kenapa ingin ikut berlayar dengan kapal ini karena aku tahu, aku tak sedang berlayar dengan sembarangan kapal dan sembarangan penumpang. Lihat, kambing atau sapi yang ikut berlayar bersama Nabi Nuh. Apa yang membuat mereka yakin? Sebab itu Nabi Nuh. Sama sepertiku yang yakin bahwa IP adalah wadahku membaikkan kualitas diriku. Alasan yang lain, ingin mewakafkan hidupmu pada kebaikan dan perbaikan. IP salah satu arah menujunya. Alasan yang lainnya, sebab orang-orang yang kusayangi berhak atas menjadi the best version of me. 

Love, AH


Comments

Popular posts from this blog

Mini Project : Dari Pesisir Untuk Peradaban

Ada satu family project keluarga #PeisirPeradaban yang diinisiasi bersama suami dan hampir kami lakukan berdua setiap pekannya. Kami yang lahir dan besar di dua poros maritim berbeda di sudut Nusantara, ingin sekali mempersembahkan sesuatu untuk dunia kemaritiman. Meski sederhana dan receh.  Seiring berjalannya waktu, kami ingin gerakan sederhana ini turut diikuti banyak keluarga hingga menggerakkan sebanyak mungkin manusia Indonesia. Sebab kami tahu, untuk misi menyelesaikan ini semua kami membutuhkan banyak tangan yang peduli dan siap tergerakkan. Project ini adalah sebuah aksi dalam menjaga laut dimulai dari kota kami, kota Bitung, pesisir maritim Sulawesi Utara. Menurut mantan Menteri Kementerian dan Kelautan, Ibu Susi Pujiastuti ada 3,2 juta ton sampah plastik dalam setahun di laut Indonesia. Kalau tidak diselesaikan, maka 2030 akan lebih banyak plastik daripada ikan.  Judul : Dari Pesisir Untuk Peradaban Deskripsi Project : Sebagai wila...

Sesuatu Tentang February First

Alhamdulillah, sekian tahun masih berjumpa dengan February First. Hari dimana, syukur selalu membuncah dan tanya mengangkasa ke langit. Mencoba mencari makna di balik kerahasiaan ketetapanNya. Aku bersyukur atas kesempatan islah yang Allah berikan, sekaligus mencari jawaban tentang, 'Apakah ada keberkahan atas berkurangnya usia?', 'Apakah ada kebaikan atasnya?', 'Apakah aku menua dalam kemuliaan?', 'Apakah aku layak untuk segala kesempatan?' February First adalah refleksiku, tempatku bercermin menengok lagi ke dalam diri. Aku tak merayakannya, sebab tak ingin aku menyerupai suatu kaum, golongan yang berpesta pora atas berkurangnya usia. Duh, seandainya Allah memberi tahu batas usia kita, apakah masih bisa kita tertawa-tawa merayakannya? Aku jamin tidak, karena akan disibukkan kita dengan beramal tanpa henti. Maka itulah, dijadikan olehNya ghoib, agar yang memberi usaha terbaik adalah yang terbaik. Makin bertambah hari, makin berkurang usia. Semoga tidak ...

Hari Guru dalam Kisahku

Facebook mengingatkan momen ini,  five years ago  (terima kasih Mr. Mark untuk fitur nostalgia yang satu ini). Aku ingat, menghabiskan  in total  delapan tahun waktu mengajar. Awalnya, mengajar anak-anak Madrasah Ibtidaiyah sejak aku semester tiga hingga lulus kuliah. Sampai aku menjadi kesayangan dosen teaching karenanya. Di semester lima, ketika teman-teman sekelas grogi bukan main saat praktik PPL 1 yang mengharuskan kita mengajar di depan kelas, aku malah mengajar dengan rileksnya seolah mengajar murid-murid MI-ku. Lulus kuliah, aku mengajar di dua sekolah berbeda. Di MA, selama dua tahun dan di SMK lima tahun lamanya. Tepat Juni 2018, aku gantung seragam atas permintaan suamiku. Sebelum pandemi, aku masih memberi les untuk anak-anak di rumah,  for free . Orang tua memberi infaq seadanya untuk keperluan membeli buku bacaan anak-anak dalam dua bahasa. Aku happy, karena mengetahui dengan jelas, itu semua adalah passion- ku. Bahkan, yang paling kuingat, wa...