Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Mesin Kecerdasan : Feeling

Tahun 2004 silam ketika bencana Tsunami menimpa Aceh, aku ingat lebih dari seminggu menangis sesenggukan sendirian hingga bantalku basah. Aku masih duduk di bangku SMP kala itu, ketika aku bahkan sesedih itu padahal tidak ada korban yang kukenal. Peristiwa naas yang menimpa JT610 di 2018 pun kutangisi demikian hebat padahal tak ada satupun korban yang kukenal. Jayapura berkecamuk pun membuatku terjaga dan lagi-lagi sesenggukan. Belum lagi genosida di Palestina, Rohingya, Uyghur, Suriah pun pernah mengusik tidur nyenyak hingga berminggu-minggu. Hingga hari ini, setiap mendengar berita itu, aku buru-buru skip . Pernah sekali kukuatkan diri mencoba mendengar, setelahnya aku menangis tersedu juga. Bahkan sampai hari ini, aku tidak tahan melihat iklan fundraiser seperti kitabisa dan sejenisnya. Jantungku berdegup tak karuan dan kesedihan mengepungku. Makanya, aku tidak sanggup mendengar, menonton, membaca berita apapun tentang itu ketika bergejolak. Bukannya aku ingin mematikan rasaku. Tap

Pelajaran Hari Ini

Sepanjang perjalanan dari rumah orang tua ke rumah kontrakan kami, airmataku seketika tumpah tak terbendung. Di atas motor dibonceng suamiku, aku menangis tersedu. Bahkan sembari mengetik ini, aku masih sedih dan tanganku bergetar. Ada hal dilematis belakangan ini. Tentang pentingnya social distancing agar terhindar dari virus hingga pengaruhnya pada perekonomian. Sebagian ada yang diberikan banyak pilihan, dan beberapa dari mereka mengambil pilihan bodoh dengan berlibur di saat hampir pemerintah seluruh Indonesia meliburkan siswanya 14 hari. Ada sebagian yang hampir tak memiliki pilihan. Di saat yang lain bisa work from home, ada juga yang hanya bisa mengais rezeki dengan keluar rumah. Ada banyak sekali mereka di Indonesia ini. Orang-orang yang serba kebingungan. Jika tak bekerja maka anak dan istrinya tak bisa makan. Tapi jika bekerja ancaman virus dimana-mana. Perekonomian negara kita tak tidak kaya-kaya banget ini, bahkan diperparah dengan pandemi global seperti ini. Hatiku meringi

Trust

Ada kisah tentang rumah tangga menyedihkan akhir-akhir ini. Membuatku tahu kenapa trust menjadi begitu sulit dan langka. Seperti barang mahal yang tak bisa dibeli di setiap rumah tangga. Dikesampingkan seolah tak lagi ada nilainya. Orang yang siap memelihara trust pun menjadi tak banyak jumlahnya, jarang bisa ditemui dewasa ini. Barangkali karena godaan di era milenial yang membabi-buta. Menghantui segala sisi. Fakta di lapangan menyebutkan, keimanan tak cukup menjadi pegangan.  Trust, bangunan kokoh yang mudah sekali jatuh dengan sekali hentakan. Trust ibarat kaca yang telah retak tak peduli seberapa keras kau mencoba merekatkan, bekas retakan tetap tergurat. Trust adalah bekal yang tak boleh kau lupa di perjalanan panjang bernama rumah tangga. Sebuah kejadian rumput tetangga yang kukira hijau warnanya padahal ia hanya rumput buatan penuh kepalsuan, membuatku berpikir keras. Bertanya lagi ke dalam hatiku, sejauh apa aku mampu mempertahankan sebuah hubungan dengan tekad trust yang aku

Waspada Boleh Panik Jangan

Trending Topic of the World sepanjang 2020 ini pasti tentang Covid-19 yang menggemparkan dunia. Di mulai dari salah satu kota di China, sekarang telah mewabah hingga ke seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan statusnya menjadi pendemi. Dalam waktu yang singkat, puluhan ribu orang di seluruh dunia terjangkit wabah ini. Termasuk Indonesia. Februari 2020, sebuat thread di twitterland yang menjadikan corona sebagai guyonan dengan menyebut bahwa masyarakat Indonesia kebal dengan virus corona sebab kita doyan mengkonsumsi segala jenis makanan belum lagi kerokan adalah tindakan non medis yang selalu ditempuh setiap sakit. Jadilah, wabah itu menjadi bahan becandaan berjama'ah. Padahal, harusnya kita lebih cerdas dengan selalu mawas diri bahwa ketika Allah berkata kuun maka segala sesuatu bisa berbalik menyerang kita, lehih dahsyat. Kadang, kesombongan kita seperti menantang Tuhan untuk bertindak. Benar saja. Pertengahan Maret 2020, Covid-19 resmi masuk Indonesia. Dimulai dari dua orang

Outstanding Peformance

Di perkuliahan Bunda Sayang Institut Ibu Profesional ini, perolehan Badge tertinggi adalah Badge Outstanding Performance. Badge yang akan diperoleh mahasiswinya jika mengerjakan tantangan 17 hari berturut-turut tanpa loncat hari maupun rapel. Kedengarannya sederhana padahal pada prosesnya memperoleh badge OP tidaklah semudah itu. Kita membutuhkan konsistensi yang tinggi dan juga komitmen yang kuat dari dalam diri. Tanpa itu, maka hampir tidak mungkin mencapai target 17 hari dengan berbagai macam tantangan.  Hari ini, untuk kesepuluh kalinya, aku memperoleh Badge Outstanding Performance. Di penghujung perkuliahan, aku banyak merenung. Salah satunya adalah, apakah badge ini penting untuk kekejar? Ataukah sia-sia tanpa output perkuliahan Bunda Sayang? Benarkah OP yang sedang kucoba taklukkan? Ataukah, harusnya aku menjadi lebih baik setelah perkuliahan usai? Mau jadi apa aku setelahnya? Seyogyanya, 11 bulan ditempa harusnya menjadikan aku lebih berkualitas, bukan? Lalu, sejauh apa OP menj

Saat Seseorang Menyayangimu

Saat seseorang menyanyangimu, tanpa perlu ia mengungkapkan, kau bisa merasakan.  Saat seseorang menyanyangimu, ia selalu berusaha memberi segala hal yang bisa ia beri. Saat seseorang menyanyangimu, bahkan hanya sedikit semangat darimu kau menjadi berlipat kali lebih kuat.  Saat seseorang menyanyangimu, ketika kau terpuruk, kesedihan menjadi tak berarti.  Saat seseorang menyanyangimu, ia tak pernah keberatan direpotkan olehmu bahkan curhatan tidak pentingnya di kantuk yang menyerbu.  Saat seseorang menyanyangimu, ia akan menjelma menjadi kekuatan yang membuatmu bersiap bangkit. Saat seseorang menyanyangimu, adalah ia yang menjadi salah satu alasan kau ingin bahagia dan membahagiakan.  Saat seseorang menyanyangimu, bahkan saat marahnya ia tetap menatap syahdu matamu dan ia tetap bertutur lembut memanggil namamu.  Saat seseorang menyanyangimu, selalu ada alasan mengapa ia menjadi penting untukmu.  Saat seseorang menyanyangimu, tanpa kau bercerita panjang lebar, ia telah lebih dahulu memah

Tentang Ujian

Ada hal baik yang Allah kirimkan tapi bukan anugerah. Ialah ujian. Yang di baliknya ada hikmah yang mendalam tergantung dari sudut mana kita melihat ketetapan Allah. Di waktu kemarin, pikir kita itu adalah anugerah hingga mati-matian kita kejar. Di suatu waktu, nampaklah wajahnya. Ujian rupanya. Ingin berlari menghindar, tapi terperangkap jua akhirnya. Tapi ingat selalu. Ujian yang kita lalui dengan keimanan akan terasa dampaknya untuk hidup kita.  Ingat juga, bahwa Allah tahu yang terbaik. Selalu yang nampak baik di pandangan kita belum tentu berlaku demikian bagi Allah. Pun demikian kebalikannya.  Hikmah di balik ujian, beragam rupanya. Tapi selalu saja ada. Salah satunya, yang tetap tinggal bersama kita dalam proses itu. Tak banyak yang akan menawarkan genggamannya untuk bersama menghadapi badai ujian. Olehnya, di balik ujian besar dalam hidup, akan Allah bantu menyeleksi siapakah yang berhak mengambil bagian dari kisah hidup kita. Sebab yang terbaik akan selalu bertahan dengan apap

Hobi Suami

Dulu, aku kadang suka kesal dan cemburu pada hobi suamiku. Hobi main badmintonnya yang seringkali menyita waktu santai berdua di Minggu pagi. Tapi, aku akhirnya insyaf. Usai mendengar ceramah Ustadz Salim A Fillah tentang hobi suami. Menurut ustadz, setiap istri harus berlapang hati menerima hobi suami. Sebab, suami yang bahagia dengan hobinya akan pulang ke rumah membawa semua energi bahagia itu. Aku akhirnya menyadari Ustadz benar. Setiap kali suamiku selesai dengan hobinya, ia akan menjadi yang jauh lebih bahagia. Mood-nya baik dan dia jadi berkali lipat lebih menyenangkan. Hobinya adalah haknya, sesuatu yang harusnya tidak aku cemburui.  Di sisi lain, aku bersyukur. Hobi 'murah' suamiku ini tidak terlalu melonggarkan dompetku. Sepatu, raket, kostum, dan alat penunjang lainnya masih amat terjangkau dibanding hobi suami-suami temanku yang mahal dan gak bisa kuterima dengan nalar. Menurutku, asalkan ia utarakan keinginan, maka apapun itu kita bisa mendiskusikannya. Aku ingin j

Oilie ; Talking about Oil with Arrie

Akhir-akhir ini, aku sedang mendalami essential oil yang membuatku jatuh cinta. Hari ini, meet up dengan teman-teman sembari menemani salah seorang di antaranya unboxing mainan baru. Mengobrol kira ditemani aroma lavender yang didifusikan. Lavender memang salah satu yang paling aku sukai. Oil multifungsi yang bisa dioles ketika gatal di kulit, yang bisa didifusikan ketika mengalami susah tidur, yang bisa diteteskan untuk membuat luka cepat mengering, yang bisa dioles di wajah untuk mencegah dan mengobati jerawat ini punya aroma yang menenangkan. Indera penciuman kita memang sering mempengaruhi mood yaa, dan menghirup aroma lavender lumayan membuat mood yang berantakan kembali membaik.  Kemarin itu, aku juga menjelaskan efek apa saja yang aku alami ketika menggunakan oil ini. Awalnya, aku menggunakan oil untuk memutuskan hubungan dengan obat yang wajib kukonsumsi ketika sakit kepala. Cuaca yang suka berubah-ubah, biasa menjadi penyebab terkuat kenapa sakit kepala tetiba meny

Tidak Salah Alamat

Pernah tidak ada keinginan membeli sesuatu lalu ternyata yang menjual itu berjejer? Apakah kiranya yang menggerakkan kaki kita berhenti di satu tempat lantas membeli sesuatu itu di sana? Yakin semata hanya keinginan kita? Atau memang semua atas kehendak Allah?  Harusnya kita sering menelaah tentang ini. Bahwa yang menggerakkan bukan cuma keinginan kita semata, tapi ada Allah yang menjadi penentu pada akhirnya. Kadang, di antara penjual yang menjual barang yang sama tapi berjejer itu, ada pelajaran keimanan yang kita petik. Tentang penjual buah yang sama berjejer di satu tempat, tentang alfamart indomaret yang ada di hampir setiap lima meter, tentang pemilik rumah makan Lamongan yang buka bersebelahan, counter hape dan pulsa yang buka bersamaan ada keyakinan yang harusnya telah tuntas.  Tentang rezeki yang tak pernah salah alamat. Tak pernah mengetuk pintu yang salah. Rezeki itu mutlak hak Allah. Bukan sesuatu yang bisa kita ganggu gugat. Jika keyakinan ini tuntas, maka tak ada lagi ket