Pernah tidak ada keinginan membeli sesuatu lalu ternyata yang menjual itu berjejer? Apakah kiranya yang menggerakkan kaki kita berhenti di satu tempat lantas membeli sesuatu itu di sana? Yakin semata hanya keinginan kita? Atau memang semua atas kehendak Allah?
Harusnya kita sering menelaah tentang ini. Bahwa yang menggerakkan bukan cuma keinginan kita semata, tapi ada Allah yang menjadi penentu pada akhirnya. Kadang, di antara penjual yang menjual barang yang sama tapi berjejer itu, ada pelajaran keimanan yang kita petik. Tentang penjual buah yang sama berjejer di satu tempat, tentang alfamart indomaret yang ada di hampir setiap lima meter, tentang pemilik rumah makan Lamongan yang buka bersebelahan, counter hape dan pulsa yang buka bersamaan ada keyakinan yang harusnya telah tuntas.
Tentang rezeki yang tak pernah salah alamat. Tak pernah mengetuk pintu yang salah. Rezeki itu mutlak hak Allah. Bukan sesuatu yang bisa kita ganggu gugat. Jika keyakinan ini tuntas, maka tak ada lagi ketakutan dalam hati kita soal orang lain yang mencoba meniru usaha yang sama. Berniaga berarti melapangkan hati kita, meyakini bahwa Allah sebaik-baik penjamin rezeki. Jangan khawatir, semua kita punya jatahnya. Yang membedakan, cara kita menjemputnya.
Arribath Hanifah.
Bitung, 8 Maret 2020
Comments
Post a Comment