Ini menjadi sesuatu yang mahal belakangan ini. Sebagian mulai tak lagi mendambakan memilikinya. Sebagian tak pintar merawatnya. Seringkali, hati kita terpanggil namun tak cerdik kita mengolah empati. Membiarkannya merajai logika. Atau membuatnya terpuruk di sudut hati yang lain. Padahal empati menggenggam rasa. Apalagi empati yang dikelola dengan rapi. Memudahkan kita ikut merasakan perasaan orang lain. Bahkan sekadar seringnya bertanya, apa yang orang lain rasakan.
Ia menjadi barang langka yang sulit ditemukan. Matinya perasaan bahkan ketika pandangan menyaksikan penderitaan. Menganggap bahwa hidup milik kita terlalu tak adil untuk bisa berempati pada hidup orang lain. Membandingkan penderitaan orang lain selalu tak seberapa melainkan milik kita. Egosentris yang kita pelihara mampu meniadakan empati.
Merawat empati bukan tentang gaya-gayaan. Bukan demi terlihat paling baik. Tetapi untuk memahami makna penciptaan, menjadi manusia lebih bahagia. Jaga dan rawatlah empatimu, tumbuh bersemi hingga berseri-seri. Jika sebuah keadaan membuat milik orang lain tercabik-cabik hingga memudar, semoga senantiasa milikmu selalu menjadi paling terang bagi kemanusiaan.
Comments
Post a Comment